Honey Don't! (2025)
![]() |
| Honey Don't! (2025) Poster |
- Honey Don't! (2025)
- Sinopsis
- Plot dan Alur Cerita
- Pemain Film Honey Don't! (2025)
- Kesuksesan dan Antisipasi Film Honey Don't! (2025)
Sinopsis
Bayangkan sebuah kota kecil di California yang panas terik, di mana misteri berkumpul seperti debu di sepatu bot tua. Di sinilah Honey Don't! (2025), film neo-noir komedi gelap karya Ethan Coen, membawa penonton ke dunia detektif lesbian yang penuh intrik, humor absurd, dan sentuhan kekerasan ala B-movie. Sebagai bagian kedua dari trilogi "lesbian B-movie" yang dimulai dengan Drive-Away Dolls (2024), film ini menggabungkan elemen thriller klasik dengan narasi queer yang segar, meski tidak selalu mulus. Dirilis pada 22 Agustus 2025 oleh Focus Features, Honey Don't! langsung memicu perdebatan: apakah ini mahakarya Coen yang eksentrik atau sekadar hiburan ringan yang gagal lepas landas? Mari kita telusuri lebih dalam sinopsisnya, alur cerita lengkap termasuk ending, daftar pemain utama, serta analisis kesuksesannya berdasarkan data terkini.
Plot dan Alur Cerita Honey Don't! (2025)
![]() |
| Honey O'Donahue saat melihat TKP kecelakaan yang janggal |
Dengan durasi 89 menit, film ini mengeksplorasi tema identitas queer di tengah masyarakat konservatif, sambil menyisipkan elemen satir terhadap agama dan politik lokal. Seperti yang dinyatakan dalam ulasan Roger Ebert, "Ada irama musik rakyat dalam dialognya, dan semua orang sedikit licik—atau sangat licik, seperti karakter Chris Evans." Ini bukan sekadar detektif story; ini adalah potret Bakersfield sebagai lahan kering yang penuh rahasia, di mana setiap sudut jalan bisa menyimpan pembunuhan atau godaan romantis.
Premiere dunia film ini di Festival Film Cannes 2025 pada 24 Mei, di sesi Midnight Screenings, langsung mendapat tepuk tangan berdiri—tanda bahwa meski kontroversial, Honey Don't! punya daya tarik visual dan naratif yang kuat. Namun, sinopsisnya juga menjanjikan lebih dari yang disampaikan: sebuah campuran antara misteri pembunuhan berantai dan eksplorasi seksualitas, yang membuatnya ideal untuk penggemar genre campur aduk.
![]() |
| Drew, seorang pemimpin kultus yang karismatik dan manipulatif, mengawasi jaringan perdagangan narkoba |
Alur Honey Don't! dimulai dengan adegan pembuka yang ikonik: kredit film dicat langsung ke papan reklame tua di Bakersfield, menciptakan rasa seolah-olah cerita ini sudah lama terkubur di bawah debu gurun. Kita bertemu Honey O'Donahue (Margaret Qualley) di tempat kecelakaan mobil di lereng bukit berbatu. Dia mengenali korban, Mia Novotny, yang kemarin datang ke kantornya untuk menyewa jasa detektif—meski Honey sempat meremehkannya. Saat Honey memeriksa mayat, dia mencuri cincin dari jari Mia, petunjuk awal yang halus tentang masa lalunya yang rumit. Detektif pembunuhan lokal, Marty Metakawich (Charlie Day), muncul dan langsung menggoda Honey, mengabaikan orientasi seksualnya yang jelas.
Sementara itu, paralel dengan investigasi Honey, kita disuguhi kilas balik ke operasi gelap Gereja yang dipimpin Reverend Drew Devlin (Chris Evans). Drew, seorang pemimpin kultus yang karismatik dan manipulatif, mengawasi jaringan perdagangan narkoba yang disamarkan sebagai kegiatan amal gereja. Karyawannya, Shuggie (Josh Pafchek), adalah algojo setia yang membersihkan "masalah" dengan kekerasan. Salah satu subplot menyoroti Hector, dealer Drew, yang panik setelah menabrak pelanggan yang menolak bayar. Shuggie dikirim untuk menutup kebocoran, tapi malah membunuh nenek Hector—memicu rantai balas dendam di mana Hector membalas dengan membunuh Shuggie.
Honey, dibantu asistennya Spider (Lera Abova), mulai menyusuri jejak Mia. Dia bertemu MG Falcone (Aubrey Plaza), polisi yang juga lesbian dan segera menjadi pasangan romantisnya. Hubungan mereka penuh chemistry panas—termasuk adegan intim yang eksplisit, seperti Honey yang "meninggalkan lipstik di sana" dan MG yang balas, "Itu satu-satunya tempat aku memakainya." Namun, Marty terus mengganggu, menolak percaya Honey bukan tertarik padanya, menambah lapisan komedi frustrasi.
![]() |
| Drew saat didatangi & diwawancarai oleh detektif Honey |
Investigasi membawa Honey ke klien potensial lain, Mr. Siegfried (Billy Eichner), yang ingin dia selidiki perselingkuhan pasangannya. Honey malah menolak, bilang itu buang-buang uang—sebuah momen yang menunjukkan sifatnya yang santai tapi intuitif. Saat plot memanas, Honey terhubung dengan Corinne (Talia Ryder), kerabat jauh yang muncul tiba-tiba, membawa elemen emosional tentang keluarga yang hilang. Ternyata, kematian Mia terkait kultus Drew: Mia adalah mantan anggota yang ingin kabur, dan kecelakaannya direkayasa.
Di paruh kedua, alur semakin kacau dengan subplot sampingan: Honey menghadapi Mickie, preman dengan stiker MAGA di mobilnya yang sering memukul pacarnya, menyoroti satir politik lokal. Ada juga adegan di bar piano di mana Honey bertemu Elle (Lena Hall), menambah elemen noir klasik. Kekerasan meledak saat Honey menyusup ke gereja, menyaksikan ritual aneh yang berujung pembunuhan. Drew, yang ternyata punya agenda homofobik terselubung, menjadi antagonis utama—meski karakternya terlalu karikatural, seperti yang dikritik Variety: "Evans memainkan pemfitnah seks yang terlalu jelas jahat."
Klimaks terjadi di gudang gereja, di mana Honey dan MG menghadapi Drew dan sisa pengikutnya. Dalam baku tembak berdarah yang absurd—lengkap dengan darah muncrat ala Tarantino—Honey membunuh Drew setelah dia mengaku merencanakan kematian Mia untuk menutup mulutnya. Namun, twist terakhir datang dari Corinne: ternyata dia adalah putri rahasia Honey dari hubungan masa lalu, muncul untuk "menyelesaikan" keluarga. Adegan penutup menunjukkan Honey dan MG berbagi minuman di bar, dengan Honey berkata, "Aku minum berat, itu kebanggaanku," sambil cincin Mia berkilau di jarinya—simbol bahwa misteri tak pernah benar-benar selesai, tapi hidup berlanjut dengan humor getir. Ending ini, meski emosional, dikritik karena terasa tiba-tiba, seperti "balasan dendam yang gagal membangun emosi."
Secara keseluruhan, alur cerita ini seperti perjalanan scooter Honey: cepat, berliku, dan penuh hentakan tak terduga, tapi kadang tersesat di subplot yang tak terselesaikan.
Pemain Film Honey Don't! (2025)
Salah satu kekuatan utama Honey Don't! adalah pemerannya, yang menggabungkan aktor papan atas dengan talenta baru untuk menciptakan dinamika yang hidup. Berikut daftar pemain kunci:![]() |
| Chris Evans di film Honey Don't! (2025) |
- Margaret Qualley sebagai Honey O'Donahue (Detektif Swasta). Qualley bersinar sebagai Honey yang percaya diri dan "haus," membawa energi liar yang membuatnya jadi pusat gravitasi film. Ulasan Collider menyebutnya "permata" di tengah kekacauan.
- Aubrey Plaza sebay MG Falcone (Polisi Lesbian). Plaza menambahkan sarkasme khasnya, menciptakan chemistry panas dengan Qualley. "Dia ahli memerankan 'begitu horny'nya," kata seorang reviewer Letterboxd.
- Chris Evans sebagai Reverend Drew Devlin (Pemimpin Kultus). Evans, pasca-Marvel, memainkan penjahat licik dengan pesona gelap—meski terlalu karikatural untuk beberapa kritikus.
- Charlie Day sebagai Marty Metakawich (Detektif Pembunuhan). Day membawa komedi frustrasi sebagai pria yang denial, meski beberapa bilang karakternya mengganggu.
- Billy Eichner sebagai Mr. Siegfried (Klien Potensial). Penampilan singkat tapi menghibur sebagai pria gay yang cerewet.
- Talia Ryder sebagai Corinne (Kerabat Honey). Ryder menambahkan lapisan emosional di ending, meski peranannya terasa underutilized.
Pemeran pendukung seperti Kristen Connolly sebagai Heidi O'Donahue (ibu Honey) dan Lena Hall sebagai Elle menambah kedalaman & aktor lainnya yang membuat film ini terasa seperti ensemble Coen klasik tapi dengan twist queer.
Kesuksesan Film Honey Don't! (2025)
Apakah Honey Don't! sukses? Jawabannya ambigu, mencerminkan sifat filmnya yang tak terduga. Secara kritis, film ini mendapat resepsi mixed: Rotten Tomatoes mencatat 47% persetujuan dari 161 ulasan, dengan konsensus, "Bagian-bagian yang beragam dan upaya putus asa membuat Ethan Coen kalah kali ini, meninggalkan penonton berkata, 'Honey Don't.'" Metacritic memberi skor 46/100 dari 38 kritikus, menandakan "mixed or average." The Guardian memuji sebagai "komedi queer yang menghibur meski tak berarti banyak," sementara LA Times menyebutnya "kekacauan panas—tepat seperti yang dimaksud." Penonton di IMDb beri rating 5.3/10, dengan keluhan utama soal plot yang "hampir tak ada cerita" tapi pujian untuk aksi berdarah dan vibe western Coen.![]() |
| Peran Margaret Qualley sebagai detektif yang dingin namun tegas & tangguh menambah plot twist tersendiri |
Di box office, performanya underwhelming. Dibuka pada 22 Agustus 2025, film ini meraup $5,978,621 secara global—lebih baik dari $4 juta pembukaan Drive-Away Dolls, tapi jauh di bawah ekspektasi untuk ensemble sekelas ini. Dengan rating R karena kekerasan, seks grafis, dan bahasa kasar, film ini menarik niche queer dan penggemar Coen, tapi gagal menarik massa luas. IndieWire bilang, "Ini mishmash bagian beragam, tanpa minat mengembangkan misteri yang menarik." Meski begitu, sukses kecil di Cannes dan streaming digital mulai 9 September 2025 menunjukkan potensi cult following.
Secara finansial, dengan budget produksi sekitar $20 juta (estimasi), film ini mungkin impas melalui distribusi Universal internasional. Tapi kesuksesan sejatinya ada di warisannya: sebagai eksperimen Coen-Cooke yang berani, membuka jalan untuk film ketiga trilogi, Go, Beavers!, yang masih dalam pengembangan.
Honey Don't! (2025) bukan film sempurna—plotnya kadang tersesat, dan endingnya terasa dipaksakan—tapi ia menawarkan hiburan yang unik: campuran noir gurun, romansa queer, dan satir tajam. Margaret Qualley membuktikan dirinya sebagai bintang rising, sementara Coen mengingatkan kita pada akar B-movie-nya. Jika Anda suka Fargo bertemu Bound, ini tiketnya. Di era di mana film indie bersaing dengan blockbuster, Honey Don't! mengajak kita bilang "ya" pada kekacauan—karena terkadang, itulah yang membuat cerita hidup. Sudah nonton? Bagikan pendapat Anda di komentar!





